Penyesalanmerupakan sanksi dimana dapat dirasakan oleh diri sendiri ini. Sebagian orang lain mungkin tidak mengetahui, jika dirinya melanggar norma kesusilaan tersebut. Penyesalan ialah salah satu menjadi dampaknya suatu saat nanti, tidak hanya itu bahkan penyesalan bisa menjadi sanksi yang dirasakan seumur hidup dirinya. Contoh Norma Kesusilaan
Menghidupi Kekristenan tidaklah mudah, tidak semudah apa yang dikhotbahkan oleh para hamba-hamba Tuhan setiap minggunya. Banyak aspek yang harus kita perhatikan, renungkan, dan lakukan dalam hidup kita. Dan salah satu bagian yang dapat dikatakan sebagai dasar dan yang sangat penting dalam perjalanan kita mengikut Kristus adalah soal ketaatan. Tuhan telah memanggil kita untuk menjadi anak-anak-Nya, diselamatkan, dan diberikan tugas yang mulia, yaitu untuk menjadi seperti Kristus dan menjadikan orang lain juga seperti Kristus memuridkan. Tugas ini tentu tidaklah mudah dan menuntut, atau kalau saya boleh katakan “merampas” hidup kita. Tugas ini memerlukan ketaatan dari hidup kita atas setiap perintahnya dalam hidup sehari-hari. Kita akan belajar mengenai ketaatan akan panggilan-Nya dari salah satu perikop mengenai salah satu tokoh yang mungkin cukup jarang dibahas di dalam khotbah-khotbah, yaitu Saul di dalam 1 Sam. 1513-23. Umumnya ketaatan selalu dikaitkan dengan kisah Abraham, Yusuf, Musa, Maria ibu Yesus, dan Tuhan Yesus sendiri. Tetapi mari kita melihat dan belajar sedikit dari kisah perjalanan hidup Saul dan bagaimana tingkat ketaatannya kepada Allah. Semoga Allah berbicara kepada kita lewat kisah ini. Ciri-ciri orang yang tidak taat 1. Selalu menyembunyikan dosanya Saul mengatakan dia telah melakukan perintah Tuhan 13. Orang yang berdosa, biasanya menyembunyikan dosanya, ingin lari dari kesalahannya dan juga penghakiman Tuhan. Bagaimana itu dilakukan? Yaitu dengan membenarkan dirinya sendiri. Matthew Henry mengatakan “Thus sinners think, by justifying themselves, to escape being judged of the Lord; whereas the only way to do that is by judging ourselves.”[1] Tidak kita pungkiri bahwa memang Saul telah taat melakukan perintah membinasakan Amalek, tapi hanya setengah taat. Bukankah hidup kita seringkali seperti Saul? Selalu berusaha menyembunyikan dosa di hadapan Tuhan dan manusia, tidak bertobat, malah membenarkan dan menutup diri dalam jubah agama. 2. Menyalahkan orang lain Saul mengatakan bahwa rakyatlah yang membawa dan menyelamatkan ternak-ternak tersebut 16. Orang yang tidak mau taat atau hidup di dalam ketidaktaatan, cenderung untuk menyalahkan orang lain. Saul mengaku bahwa ia telah melakukan perintah Tuhan dan kesalahan dalam eksekusinya ia timpakan kepada orang-orangnya.[2] Keberdosaan kita selalu menyebabkan kita untuk membenarkan diri dan mencari kambing hitam, daripada menanggung tanggung jawab untuk dirinya sendiri. Dosa menyebabkan kita tidak ingin disorot oleh terang dan menyembunyikan ketelanjangan diri kita dan menyebut orang lain yang telanjang. Kita telah melihat kejadian ini di awal Alkitab, yaitu kejatuhan manusia. Adam yang sebenarnya memikul tanggung jawab atas larangan memakan buah pengetahuan, menyalahkan Tuhan dan juga Hawa dengan berkata “perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku…” Kej. 312. Yesus juga memperingatkan kita untuk mengeluarkan balok di mata kita sebelum mengeluarkan selumbar dari mata orang lain, karena memang kecenderungan hati kita adalah melihat kesalahan orang lain seakan-akan diri sendiri tidak berdosa. 3. Mengelak dengan “tapi” Seringkali kita menganggap diri ini sudah taat kepada Tuhan, padahal kita hanya taat setengah dari apa yang diperintahkan dan sebenarnya taat setengah bukanlah ketaatan atau kita sering menyangkal sebuah ketaatan dengan alasan untuk ketaatan lain, yang sebenarnya bukan pada konteksnya. Ketaatan dengan kata “tapi” bukanlah ketaatan yang sejati di hadapan Allah. Saul melakukan kesalahan ini dua kali dalam perikop ini, pertama di ayat 15, “Ia mengatakan “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas.” dan setelah itu ia bukan bertobat, tetapi masih memberi alasan di ayat 21 dan 22, “Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal 20-21. Sebuah alasan yang bagus bukan? Mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan adalah baik, tetapi seperti yang Lasor katakan bahwa sama seperti kasus Akhan di dalam Yosua 7, Saul tidak mengerti peperangannya atas Amalek tersebut bukanlah peperangan untuk merampas barang atau untuk menjadikan tawanan sebagai budak, tetapi ini adalah pembalasan atas nama Allah.[3] Saul mencoba melawan perintah Tuhan dengan perintah-Nya yang lain. Tapi sayang sekali, usaha itu gagal dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Mungkin kita juga sering melakukan hal ini. Anak muda yang memilih pasangan yang tidak seiman, seringkali menggunakan alasan yang sama, bahwa ia ingin melakukan perintah penginjilan. Hal ini sama saja dengan melawan perintah Tuhan dengan perintah Tuhan. Apa Respon Tuhan terhadap ketidaktaatan? Membongkarnya 14 Tidak lama setelah Saul menutupi kesalahannya ketika Samuel datang, Tuhan membongkar ketidaktaatan Saul dengan memakai mulut binatang jarahan Saul sendiri, “Tetapi kata Samuel “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?” Mulut kambing dan domba menentang sendiri kesaksian palsu Saul.[4] Hal ini juga kita lihat di dalam kisah Bileam. Tuhan memakai seekor keledai untuk menegur ketidaktaatan Bileam Bil. 2221-35. Ironis sekali, bahwa mungkin penulis Alkitab ingin menunjukkan bahwa hewan lebih dapat mendengar, menuruti Allah dan lebih jujur daripada manusia yang tidak mau mendengar dan taat kepada-Nya. Dosa memang dapat kita tutup-tutupi dari orang lain, tetapi tidak dengan Tuhan. Cepat atau lambat Ia akan membongkarnya, baik dengan cara yang lembut maupun dengan keras dan memalukan. 2. Menuntut pertanggungjawaban 17-19 Allah yang telah memilih dan mengurapi Saul menjadi raja, memberi perintah spesifik baginya, yaitu untuk menumpas semua penduduk Amalek. Ini adalah sebuah panggilan Saul, bahwa Ia menjadi raja dan menjalankan Teokrasi bagi Israel. Akan tetapi, Saul telah berulang kali gagal untuk taat, demi kesombongan dan pemberontakannya di hadapan Tuhan. Dan sekarang Tuhan menuntut pertanggungan jawab atas Saul atas panggilannya tersebut melalui Samuel. Ini merupakan hal yang sangat mengerikan dan perlu kita pikirkan baik-baik. Ketika pada saatnya kelak Kristus meminta pertanggungan jawab kepada kita atas panggilan-Nya, “bukankah Aku telah memilih engkau untuk pekerjaan ini dan itu?” apakah yang akan menjadi jawab kita? Kita perlu merenungkan hal ini! Jadi, apa yang harus kita lakukan? Mengaku dosa dan Meninggalkannya. Tentu kita sebagai manusia tidak sempurna dan kitapun pernah melakukan hal yang sama atau mungkin lebih jahat dari Saul. Kita tidak boleh menganggap diri lebih baik dari Saul. Mungkin di masa lalu kita pernah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati dan panggilan Tuhan dan juga di waktu-waktu ke depan kita akan melakukan banyak ketidaktaatan, tetapi milikilah hati yang mau bertobat. Inilah perbedaan antara Saul dengan Daud. Dua-duanya adalah orang pilihan Tuhan, dua-duanya adalah raja terhormat, dan dua-duanya sama-sama berbuat dosa yang besar, tetapi keduanya berbeda soal hati yang mau bertobat kepada Tuhan. Ketika Saul ditegur Samuel, ia masih berdalih 2x 15,20 dan tidak langsung mengaku salah. Berbeda dengan Daud, ketika ia berdosa dan ditegur oleh nabi Natan, ia bertobat kepada Tuhan dan tidak membela diri 2 Sam. 1213. Tinggalkanlah dosa kita sepenuhnya! Joseph Exell mengatakan Amalek dapat diibaratkan sebagai dosa yang dibenci oleh Tuhan atau menjadi musuh Tuhan, tetapi Saul tidak menghabisi semuanya, malah menyisakannya. “We have here also a melancholy example of sparing sins and evils that should be slain, sheltering and harbouring them under false pretences, by unworthy pleas and excuses. The mark of a true man and Christian to allow no known sin, least of all favourite, profitable, accustomed, pleasant sins.” [5] Apakah kita sudah meninggalkan dosa yang Allah benci secara penuh? Langkah awal yang baik yang dapat kita lakukan di hadapan Tuhan adalah meminta ampun atas segala ketidaktaatan kita dan berkomitmen untuk sepenuh hati taat kepada-Nya. Spiritualitas, bukan hanya Religiusitas Setelah kita bertobat dan memperbarui komitmen kita untuk taat akan panggilan-Nya, mari jalani spiritualitas Kristen yang baik, bukan hanya sekedar ritual keagamaan. Saul memberi alasan untuk mempersembahkan korbanlah ia membiarkan ternak-ternak Amalek hidup. Persembahan korban merupakan ritual yang baik, tetapi Tuhan tidak melihat persembahan itu jika hati orang yang mempersembahkannya tidak berpaut kepada-Nya. Menurut saya, Samuel juga menjadi kontras terhadap perilaku Saul. Samuel senantiasa taat akan panggilan dan perintah Tuhan. Ia dengan sepenuh hati menyampaikan dan menjalankan pesan Allah. Ia tidak takut ketika menegur Saul yang adalah raja dan Samuel mengerti benar bahwa yang diingini Allah adalah telinga yang mendengar dan hati yang taat ay. 22. Inilah spiritualitas yang baik, yaitu mengikuti kemauan Ia yang memanggil kita. Kita seringkali terjebak dengan religiusitas yang kosong, terjebak dengan rutinitas tanpa isi dan tanpa kesungguhan hati. Kesibukan pelayanan dan pekerjaan membuat kita mengurangi waktu untuk dengar-dengaran kepada suara-Nya. Kita pikir semakin banyak melayani, semakin berkenan di hadapan Tuhan. Alkitab dibaca hanya sebagai kewajiban setiap minggunya, bukan sebagai pesan-Nya yang “merampas” hidup kita. Dan ketika kita tidak taat, maka dosa itu sama dengan dosa bertenung dan penyembahan berhala ay. 23, karena memang jika tidak taat kepada-Nya, siapa lagi yang menjadi Allah kita? Mungkin juga inilah yang dimaksud Paulus ketika menasehati kita untuk mempersembahan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan, karena itulah ibadah yang sejati Rm. 121. Penyangkalan diri dan ketaatan itu sulit, maka itulah waktu ketika kita “menyembelih” dan mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya. Tanpa spiritualitas yang baik, sebenarnya kegiatan religius kita bukanlah untuk Tuhan yang sejati, tetapi kepada allah lain atau mungkin diri kita sendiri yang kita anggap sebagai “Allah”. Kesimpulan Kita telah belajar dari Saul bahwa ketidaktaatan membawa akibat yang begitu serius, hati Tuhan dipertaruhkan. Ia berduka atas kebebalan kita dan Ia juga menuntut pertanggungjawaban dari kita terhadap panggilan-Nya yang telah Ia anugerahkan kepada kita. Ingatlah, panggilan-Nya benar-benar berharga dan mulia. Kita dipanggil untuk pekerjaan-Nya yang besar dan mulia, sama seperti Saul dipilih Tuhan untuk memimpin Israel, umat pilihan. Kiranya Roh Kudus menolong kita agar kita dapat bergumul meningkatkan spiritualitas yang baik, hati yang mau bertobat dan taat akan setiap perintah-Nya. [1] Matthew Henry, Matthew Henry’s Whole Bible Commentary, 1706. [2] Robert Jamieson, Fausset, and Brown, Commentary Critical and Explanatory on the Whole Bible, 1871. [3] Lasor & Hubbard, Pengantar Perjanjian Lama, trans. Werner Tan dkk Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019, 340. [4] Matthew Henry, Matthew Henry’s Whole Bible Commentary, 1706. [5] Joseph S. Exell, The Biblical Illustrator, 1849.
Imankepada malaikat ialah yakin bahwa malaikat tersebut ada, mesikipun kita sebagai manusia tidak dapat melihat mereka. Kecuali untuk siapa yang Allah kehendaki untuk melihat malaikat, contohnya Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS. Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah, rutin menyembah Allah & rutin taat kepada-Nya.
Terkadang manusia sendiri memang tempat dari lupa dan salah, yang dimana seringkali kita tidak merasa bersyukur atau nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Terkadang, kita tidak qanaah dan senantiasa merasa kurang terkait apa yang sudah didapatkan, oleh karena itu, pemahaman mengenai qanaah menjadi penting untuk kita miliki terutama dalam kehidupan. Qanaah ialah salah satu bagian dari muamalat yang menjadi ajaran Islam, Islam sebagai agama yang sempurna mengatur tentang bagaimana seharusnya sikap seseorang ketika mereka mendapatkan kenikmatan dan kehidupan yang enak. Hal ini penting agar manusia mendapatkan ketenangan dalam menjalankan kehidupannya. Dalam hal ini tidak dipungkiri memang bila cukup banyak dari kita yang diliputi perasaan iri dan dengki, terutama terkait nikmat yang didapatkan oleh orang lain. Ketika orang lain mendapatkan hadiah, misalnya ada saja yang membicarakannya. Memang manusia memiliki kecenderungan yang tidak pernah merasa puas terkait apa yang telah ia dapatkan. Oleh karena itu, mempelajari sifar qanaah menjadi penting untuk dilakukan agar kita senantiasa memiliki rasa syukur yang lebih saat mendapatkan nikmat. Dan sebaliknya kita juga tidak akan merasa iri saat melihat kesuksesan orang lain. Lantas bagaimana penjelasan dari sikap qanaah ini, simak pembahasan dibawah ini. Pengertian Qanaah Untuk memahami penjelasan lengkap mengenai qanaah, tentu hal paling pertama yang harus diketahui ialah mengenai pengertian qanaah. Nah dengan memahami apa arti dari qanaah, kalian akan memiliki pengetahuan mengenai penjelasan sikap ini. Secara bahasa qanaah memiliki arti merasa cukup atau rela. Qanaah ini berasal dari bahasa arab yakni dari kata qani’a-qana’atan. Sedangkan secara istilah qanaah memiliki arti merasa cukup dan rela menerima atas apa yang diberikan atau karunia dari Allah SWT. Dari istilah di atas bisa digambarkan bahwa sebenarnya inti dari pengertian qanaah ialah rasa pasrah. Seseorang yang memiliki sikap qanaah di dalam hatinya akan senantiasa rela menerima apa saja nikmat dari Allah SWT dan tidak pernah merasa kurang, ia akan berusaha merasa cukup atas karunia yang diberikan dan hidup senantiasa dalam ketaatan. Sikap inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim, hal ini sebenarnya cukup beralasan karena dalam keimanan seorang muslim harus menyakini bahwa rezeki yang ia dapatkan setiap hari sudah diatur oleh Allah SWT. Dengan adanya keimanan seperti ini maka apapun yang ia peroleh akan disandarkan kepada Allah SWT. Contoh Sikap Qanaah Dalam Kehidupan Sehari-Hari Setekah memahami secara detail apa penjelasan dari pengertian qanaah, penting bagi kalian untuk mengetahui contoh dari sikap qanaah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya contoh tersebut, tentu kalian bisa belajar bagaimna menerapkan sikap qanaah sehingga keimanan kalian bisa bertambah. Adapun beberapa contoh dari sikap qanaah dalam kehidupan sehari-hari ialah sebagai berikut Selalu bersyukur atas apa karunia yang didapatkan oleh Allah SWT. Tidak merasa iri serta dengki atas apa yang didapatkan oleh orang lain. Giat bekerja guna mendapatkan hasil yang terbaik dalam kehidupan. Hidup cenderung lebih sederhana dan menyesuaikan kemampuan. Hidup dengan bersahaja, tidak rakus serta tidak tamak. Tidak akan mudah kecewa maupun putus asa, terutama ketika sesuatu yang ia inginkan tidak tercapai. Memiliki keyakinan bahwa pemberian Allah SWT ialah sebuah anugerah terbaik kepada hambanya. Tentu selain beberapa poin di atas, masih ada contoh lain dari sikap qanaah yang bisa menjadi inspirasi untuk kalian lakukan. Setelah kalian mengerti beberapa contoh dari sikap qanaah tersebut, maka sebisa mungkin kalian harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika berhasil menerapkan sikap tersebut, maka akan ada banyak manfaat yang didapatkan. Manfaat Qanaah Dalam Kehidupan Sehari-Hari Sebagaimana di singgung di awal bahwa ketika kalian sudah terbiasa untuk menerapkan qanaah dalam kehidupan sehari-hari, maka akan ada cukup banyak manfaat yang akan kalian rasakan. Nah adapun beberapa manfaat dari qanaah yang akan kalian dapatkan ketika sudah terbiasa menerapkannya ialah sebagai berikut Memiliki jiwa yang tenang karena merasa apa yang didapatkan merupakan karunia dan anugerah dari Allah SWT. Terhindar dari sikap iri, dengki serta tamak ketika melihat orang lain mendapatkan rezeki atau karunia lainnya. Hati senantiasa lebih sabar dan bisa menyikapi masalah atau bencana yang terjadi pada dirinya dengan lebih baik. Senantiasa merasa cukup dan puas atas apa yang didapatkan setiap hari. Terhindar dari rasa khawatir serta resah karena baginya dunia bukankah hal utama dalam kehidupan. Terjalin kehidupan yang harmonis dalam masyarakat karena kehidupan senantiasa oleh perasaan yang nyaman dan pikiran yang positif. Beberapa manfaat dari qanaah diatas bisa menjadi pemicu bagi kalian untuk berusaha membiasakan diri untuk menerapkan qanaah dalam kehidupan. Manfaat tersebut jika dipandang secara kasat mata, akan memberikan kehidupan yang tenang dan terhindar dari masalah yang melilit, kalian tentu akan bisa menjalani hari dengan baik tanpa ada rasa khawatir yang tidak perlu. Akan tetapi tidak di pungkiri bahwa penerapan qanaah dewasa ini menjadi cukup sulit. Adanya trend yang terus berganti, arus informasi tentang produk baru yang begitu cepat atau banyaknya iklan yang bertebaran sering kali memicu diri untuk senantiasa mendapatkan segala sesuatu yang baru. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri dan pembuktian diri bahwa kalian bisa. Oleh karena itu pembiasaan menjadi hal penting untuk dilakukan, agar kalian bisa menerapkan sikap qanaah dengan baik, maka mulailah dengan mengoreksi gaya hidup kalian. Jangan terbawa oleh arus trend yang semakin menjadi, selain itu memperbanyak belajar agama juga menjadi penting untuk membentengi diri agar bisa berjalan pada rute yang seharusnya. Dalil Naqli Tentang Qana’ah Diantara dalil naqli tentang qana’ah adalah sebagai berikut Al qur’an surat Al Baqarah ayat 155 Artinya “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kegembiraan kepada orang-orang yang sabar”. QS Al Baqarah 155. Hadits Rasulullah SAW Artinya Dari Abu Hurairah Nabi Muhammad saw bersabda “Bukannya kekayaan orang kaya itu karena banyaknya harta, melainkan kekayaan orang kaya yang sebenarnya adalah kaya hati”. HR Bukhari dan Muslim Fungsi Qana’ah Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT Terhindar dari sifat tamak dan dengki Terhindar dari rasa khawatir akan kekurangan Memupuk jiwa sabar dan tawakal Membiasakan diri berpola hidup sederhana sesuai ajaran islam Ciri-ciri Qana’ah Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa orang yang qanaah akan memiliki ciri-ciri antara lain Senantiasa merasa rela apa adanya dengan penuh rasa syukur Merasa cukup terhadap apa yang diterimanya Merasa bahwa kekayaan itu buka semata-mata harta, tetapi juga kekayaan batin. Rasulullah bersabda “Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati” HR. Bukhari Muslim Tabah dan tetap berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dan baik. Demikianlah artikel dari mengenai Pengertian Qanaah Contoh, Dalil, Manfaat, Ciri, Pengertian, Fungsinya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
DaftarIsi [ sembunyikan] 1 Ciri Wanita Shalihah dan Sifatnya Menurut Islam. 1.1 Sifat Dan Ciri Wanita Shalihah. 1.1.1 Wanita Yang Beriman dan Bertaqwa. 1.1.2 Tidak Mengakhirkan Waktu Sholat. 1.1.3 Menutup Auratnya. 1.1.4 Rajin Melaksanakan Ibadah-ibadah Sunnah. 1.1.5 Penuh Kesabaran. 1.1.6 Menyejukkan Hati.

Jakarta - Taat atau patuh terhadap perintah Allah SWT sudah semestinya dilakukan muslim. Orang yang taat kepada Allah SWT akan senantiasa mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi untuk taat kepada Allah SWT termaktub dalam Al Quran surat An Nisa ayat 59يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ - ٥٩Artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya."Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan hambaNya untuk taat kepadaNya, kepada Rasulullah, dan kepada Ulil Amri atau pemimpin di antara mereka. Ulama tafsir, Muhammad Quraish Shihab menerangkan, ketaatan terhadap Ulil Amri sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut berkaitan dengan ketaatan kepada Allah SWT dan perintah Ulil Amri haruslah sejalan dengan perintah Allah SWT dan RasulNya. Apabila perintah tersebut bertentangan, maka tidak dibenarkan untuk dari buku Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak untuk MTs Kelas VII karya Hasan, seseorang disebut taat kepada Allah jika selalu mengerjakan perintahNya menjauhi laranganNya. Begitu pula dengan taat kepada Rasul seperti dalam hadits berikut,عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْArtinya "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,'Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka tidak mau taat dan patuh'.HR Bukhari dan Muslim.Dijelaskan dalam kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi'i, melalui surat An Nisa ayat 80, Allah SWT memberitahukan perjanjian dengan Rasulullah adalah perjanjian dengan Allah SWT. Begitu pula dengan ketaatan kepada Rasulullah juga merupakan ketaatan kepada Allah satu hikmah taat kepada Allah SWT dan RasulNya adalah kelak masuk surga, bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah SWT. Hikmah ini dijelaskan dalam QS An Nisa ayat 69,وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا - ٦٩Artinya "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul Muhammad, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."Itulah makna taat kepada Allah SWT beserta RasulNya, yakni dengan mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang taat. Simak Video "Asa Menjadi Penghapal Al-Qur'an" [GambasVideo 20detik] kri/row

Diajukansebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf. oleh : Hasanudin, S.Ag., M.A. Oleh : Sedang etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Dengan demikian, etos menyangkut semangat hidup, termasuk semangat bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang
InilahCiri-Ciri Wanita Penghuni Surga 1. Menjaga Sholat Lima Waktu Sumber: google/bersosial. Menjalankan sholat lima waktu adalah wajib hukumnya bagi umat Muslim. Memang dengan menjalankan sholat fardhu tidak menjamin seseorang masuk surga. Tapi, hal ini adalah salah satu amalan yang bisa melancarkan setiap langkah menuju surga.
PengertianEtika | Definisi, Ciri-Ciri, Macam-Macam, dan Contohnya. Pengertian etika – Etika adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Definisi etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar dan salah, baik dan . 298 15 155 130 341 25 476 403

salah satu ciri ketaatan seseorang ialah